Ruang Sepi

Kutuliskan cerita tentang Januari 2013, di Januari 2014. Sungguh masih terekam baik apa yang ada dibulan tersebut. Layaknya bulan Januari sebelum-sebelumnya, aktivitas yang kujalani berkutat dengan diktat, modul, atau buku-buku kuliah.Ya, karena minggu-minggu tersebut selalu di saat waktu ujian semester.Nothing special, apalagi hujan mengguyur Samarinda. Walhasil, sebenarnya sudah mau lihat kembang api di Tepian Mahakam sama temen jadi gak jadi. Finally, akhirnya memutuskan untuk menghabiskan detik-detik akhir tahun di Ujur (UKM Jurnalistik). Saat itu suasana Student Center (SC) sedang lumayan ramai, karena dari UKM lain pun nampaknya melakukan aktivitas perayaan tahunan tersebut. Ya, yang kulakukan hanya melamun dari lantai 2 melihat ke bawah dan sesekali melihat ke atas.Mana kembang apinya? Baru kulirik jam oh, iya masih jam sepuluh malam. Menandakan lebih baik tidur didalam sambil merenungi kenangan selama setahun silam.
Dalam mozaik mimpi aku pergi ketempat yang sepertinya dulu pernah kulalui, tempat dimana aku terdampar di pulau Kalimantan ini.Ya, aku lebih senang menyebutnya terdampar.Layaknya orang asing yang tak punya siapa-siapa disini, memang tak memiliki sanak saudara sekalipun.Dan pilihan untuk melanjutkan studi di Unmul pun didasarkan atas perasaan, mungkin layaknya memilih jodoh.Seketika itu yakin, maka tinggal dijalani saja (Hahaha, kok jadi jodoh?). Kembali lagi berjalan menyusuri mimpi malam itu, teringat akan kembali masuk pertama kali di Ujur. Melangkahi kaki di sekretariat yang orang-orangnya jarang disitu, bolak-balik ingin mendaftar namun harus buat janji dulu dengan anggotanya.Agar ketemu saat di sekrenya. Mendaftar sebagai anggota ini, mungkin atas pertimbangan yang masak, karena jujur bingung mau ikut organisasi apa? Namun, setelah melihat ada sesosok orang yang membuat saya kagum, saya langsung daftar bersama salah satu teman di kelas yang hingga kini kami masih bertahan disana.Mimpi saya ini kemudian membuat saya sesak, seperti terhimpit ruangan yang sempit dan sepi.Tak ada orang yang menemani, entah saya sedang ngelindur setengah sadar atau memang hanya ‘sebatas mimpi’. (Halah kaya lagu) Atau ini pertanda saya akan menjalani kehidupan di Ujur ini seorang diri ? (Nau’dzubillah) Jangan sampai lah.
Disini di sekre yang bisu tak mampu bersuara, mungkin ia hanya melihat bagaimana dulu saya dan seorang sahabat yang sudah seperti saudara ini begadang hingga larut mengerjakan majalah. Berawal dari bulletin kecil seukuran A4 dengan 2 lembar terbit setiap minggunya, kemudian beralih menjadi Jurnal berukuran A3 dengan 4 lmbar terbit setiap dua pekan sekali. Bahkan tak jarang mempersiapkan acara untuk esok dengan bermalam di tempat ini.Dulu sempat terlintas dan terucap dari kita masing-masing, “Masa Ujur mau gini terus ya?”Hanya kita-kita saja yang kerja rodi.Dari dasar hati saya bergumam, Ya Rabb terserah engkau saja memberikan seberapa besar hal yang berat harus kami hadapi.Namun berikanlah kami penerus yang jauh lebih solid dan hebat dari kami pula.Amiin.
Kembali dalam buaian mimpi dengan badan yang sesak dan terhimpit, saya mencoba sebisa mungkin membukakan mata.Akhirnya diatas ambal Ujur yang berwarna hijau dengan masih berselimutkan jarik dari luar saya melihat langit subuh sudah menjelma.Sudah pagi saja ternyata, dan itulah pagi pertama di tahun 2013, dalam suasana berkabut.Ya, baru kali ini Samarinda berkabut. Mungkin menandakan suasana setahun kedepan akan ‘kalang kabut’ (Halah)
Modal Nekat
Bambung.Itu istilah bagi orang jawa yang sedang bimbang dan bingung.Habis ujian selesai mood homesick seperti ini yang menyerang.Ya, lagi liburan semester ini di Samarinda.Jadi harus mengisi dengan waktu luang yang produktif.Kebetulan minggu kemarin melihat pengumuman untuk Lomba Inovasi teknologi Lingkungan bakal diadakan lagi tahun 2013.Ya, agak bosan juga kalau mau ikut lagi.Karena tahun kemarin sudah sampai final dan mendapat Juara Harapan III.Ya meski dapat harapan tapi udah puas, meskipun masih maba saat itu bisa ikut lomba nasional.Sampai Final lagi, maka yang lawannya itu mahasiswa tingkat akhir kebanyakan.Nah, untuk tema lomba untuk tahun ini ‘Agroekoteknologi’, ‘Sanitasi dan air bersih’ dan ‘Eco-Building Material’. Nah temen yang tempo dulu satu tim ngajakin lagi untuk ikut.
Sebenarnya malas juga sih nanggapin, lah modus dia ikut itu biar ketemu sama pacarnya di Jawa. Ya, di Surabaya dan sekitarnya tempatnya. Karena kalau bisa ikut lomba ini lagi kan bisa ke Jawa gratis kalau masuk final. Finally, saya beralasan lagi pusing dan udah bosan ikut lomba itu. Mungkin bisa ajak yang lain saja.
Padahal nurani dan akal saya sudah bergejolak mendengar tema ‘Eco-Building Material’ Pikiran saya melayang dan teringat dengan papan plastik komposit yang pernah dikasihkan lihat oleh Pak Eko Heryadi. Salah satu dosen teknik lingkungan yang dulu juga membimbing kami hingga masuk final di ajang lomba yang sama. Dulu ada anak Teknik Lingkungan skripsinya tentang itu, melihat papan yang keras dan berasal dari limbah plastik dan pelepah kelapa sawit ini imajinasi saya membayangkan andaikan rumah-rumah di Kaltim memakai ini.Kemarin sepintas papan itu keras loh?Mau dipatahkan juga lumayan sulit.Lanjut teman saya tetap melobby, gak enak juga sih.Ya sudah saya menyarankan mengambil topik tentang eco-building material dan mengangkat papan plastik komposit.Namun mereka juga bingung bagaimana prosedurnya.
Batin saya terus bergejolak, antara ikut lomba itu atau tidak.Kalau diingat-ingat kemarin juga ada mengikutkan ide penelitian yang diadakan oleh Dikti yakni ‘Program Kreativitas Mahasiswa’.Lumayan kalau penelitian kita didanai bisa dapat uang kalau proposalnya diterima. Dengan mengambil judul ‘Pemanfaatan potensi gas Brown pada Air Asam Tambang (Waste Acid Drainage) sebagai pembangkit listrik dengan Gens Brown Airat pada Masyarakat Sekitar Kawasan Pertambangan’ saya yakin proposal itu didanai. Jujur kawan saya menyiapkan proposal itu hampir setengah tahun hanya untuk menemukan beberapa dasar teori yang kuat dari peneliti sebelumnya.Namun jika diingat hanya menimbulkan perasaan sedih luar biasa.Bayangkan kawan?Ternyata saat mengupload proposalnya kelompok saya ada data-data yang tak sempat terisi. Itu diketahui saat mengecek di rektorat dan petugasnya bilang tim saya tidak terdaftar.
Mengingat itu semua saya mencoba memberanikan diri melawan rasa malas untuk ikut kembali di lomba tersebut.Sangat sayang jikalau tak ikut lomba apa-apa ditahun ini.Khususnya tentang yang berbau penelitian.Maka melihat teman yangsaya beri tema tentang papan plastik tak kunjung membuat, maka dengan rasa penuh basa-basi dan gak ada malu meminta tema itu biar saya yang menulisnya untuk lomba.
Soalnya agak gatal juga kalau tidak nulis, maka langkah selanjutnya adalah mencari partner yang tepat dan bisa diajak kerja sama secara maksimal. Dari semua yang ada dikelas sama mengajak si ‘Kirun’ Al-Ansory. Haha, iya pertimbangan ini karena dia anak Tenggarong, toh mudah saja saat liburan kalau ikut mengerjakan proyek ini.Saya baru akrab berteman jujur baru menjelang ujian semester 3.Ya, dulu teman biasa saja.Mungkin saya terbawa arus dengan teman-teman yang banyak yang tidak suka padanya.Maklum dia anak super rajin, jadi kalau ada dosen yang tidak masuk dia kadang ngotot minta ganti. Walhasil, temen-temen yang agak ‘gesek’ kepalanya agak malas sama dia. Haha, terlepas dari itu dia anak yang tergolong loyal sama temannya. Selalu ada disaat kita membutuhkan. Namun, mempelajari dari sifatnya kalau dengan orang-orang yang gak sepemikiran atau beda jalur. Contohnya sama anak-anak yang ‘gesek’ kepalanya dia agak kurang respect. Malas, atau masa bodo.Sejak saat itu saya punya sahabat karib dari yang awalnya tak begitu akrab.
Selama sepanjang pengerjaan proposal untuk yang dilombakan begitu banyak perdebatan sengit antara saya dan si Ansor, ya mungkin ini namanya diskusi yang hidup. Dimulai dari pembahasan bahan material yang akan dipakai, prosesnya, hingga metode apa yang akan digunakan semuanya dibahas secara detail.
Berhubung ini Lomba Inovasi yang berhubungan teknologi lingkungan maka kami melakukan suatu terobosan agar papan plastik komposit ini dapat berfungsi sebagai bahan material bangunan yang ramah lingkungan.Dengan latar belakang masyarakat Kaltim sebagian penduduknya menggunakan kayu sebagai rumah dan dindingnya, maka piliihan papan komposit sebagai pengganti ketersediaan kayu yang menipis sudah saatnya dilakukan.Sebelumnya pada plastik kami melakukan treatment dengan dilakukan catalytic cracking dengan katalis zeolite agar plastik Polipropilena lebih ramah lingkungan nantinya.
Permasalahan berikutnya adalah tempat laboratorium untuk pembuatan papan plastik komposit ini untuk dilakukan pengepressan berada di Lab. Fahutan. Sedangkan Fakultas kami tak punya, alhasil setelah memasukan surat kepada kepala Lab nya. Kami tak diperkenankan, karena untuk kepentingan lomba.Kalau untuk skripsi pun dari anak Teknik dibatasi.Mengingat jikalau nanti masuk Final yang terangkat namanya Fakultas Teknik, bukan Fakultas Kehutanan.Sang kepala Lab pun beragumen bahwa untuk papan plastik komposit ini di Kehutanan sebagai matakuliah pilihan. Jadi ia masih meragukan nanti jikalau kami memang mengambil topik ini dan lolos tak yakin kami dapat menguasai materi seperti ini. Berhubung sangat jauh ilmu yang kami pelajari di Teknik Pertambangan.
Meskipun begitu proposal yang kami susun tetap kami kirim dengan nantinya tetap kami tulis rencana pembuatan papan itu di Lab. Fahutan. Bermodalkan nekad,toh jikalau memang tembus sebagai Finalis Alloh pasti akan memberikan jalan yang terbaik untuk kami.
Hari berikutnya, kami berharap mendapatkan suatu sinar kebahagiaan dari gelapnya kesulitan dari yang kami alami.Hari ini, esok, dan bulan berikutnya.Dari penelitian papan inilah yang nantinya membawaku mengunjungi Surabaya, Magetan, Malang, Jakarta, bahkan India.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Momentum

Manusia : ‘Sang Pemusnah’ Pora-Pora

Curhat Orang yang Gagal Beasiswa