Eksperimen itu, Gagal dan Mencoba Lagi
Gimana sih rasanya digantungin tanpa kepastian?Mungkin seperti jemuran yang kena terik matahari siang hari, panas bukan main.Mungkin juga seperti gondok, atau malu bukan main ketika jemuran itu diabaikan karena yang punya lupa ngangkatnya.Bisa juga karena sudah lama digantungin, perasaan itu hilang.Layaknya jemuran yang bisa diambil orang, hilang.Dan saat benda itu hilang barulah mereka menyadari keberadaan kita.
Beginilah rasanya saya menjalani hidup diawal-awal
April hingga pada Juni nantinya.
Mendapatkan kabar bahwa dana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebanyak 10
juta siapa yang tidak senang? Sebagai mahasiswa dengan hidup yang masih
terkatung-katung dari beasiswa orangtua tiap bulannya, pasti akan senang
jungkir balik tak tertolongkan.
Namun beginilah birokrasi yang ada di Indonesia.Gak
jelas jluntrungannya.Dana tersebut kami tunggu selama sebulan lebih tak ada
kabarnya. Yang kami kerjakan hanyalah bolak-balik ke bendahara kemahasiswaan,
menanyakan apakah sudah ada dana tersebut sehingga kami dapat melakukan
seoptimal mungkin riset yang kami tulis dalam proposal tersebut. Jawaban yang
kami dapat dari mereka selalu sama, dari Dikti memang dananya belum cair ke
kampus.
Begitulah selalu, sampai seringnya kami menanyai
pegawai sana pun agak bosan meladeni. Barulah saya bertemu dengan orang yang
senasib dan seperjuangan. Namanya Muhlis. Sepintas ia orang yang sangat
bersemangat dalam melaksanakan PKM ini, terbukti sekalinya frekuensi ia sering
menanyakan dana PKM lebih sering dibandingkan saya. Ia mengangkat tentang
PKM-Kewirausahaan dengan jenis usaha Batik doodle gitu. Jelas ia sangat
mengharapkan dana hibah tersebut untuk membuat usahanya.
Akhirnya dengan desakan dan mengeluh terus sama
Pembantu Rektor III, semua tim yang proposal PKM nya didanai Dikti, pihak
kampus memberikan dana talangan. Besar dana talangan tersebut sekitar 2 juta
kawan. Ya, mungkin perlu disyukuri dari pada tidak ada progress sama sekali.
Karena pada bulan Juni nanti, kami harus memberikan laporan perkembangan
penelitian tersebut. Sebagai individu yang agak repot dan maunya serba perfect,
saya merasa harus melakukan sesuatu yang sempurna dalam riset ini. Pokoknya gak
boleh gagal.Karena jikalau setelah melaksanakan riset, dan dilaporkan dan
dipresentasikan bagus.Maka nantinya kita berhak masuk sebagai peserta Pekan
Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).Disanalah kawan, semua mahasiswa terbaik
Indonesia dengan segala ide briliantnya
mengadu diri dengan kompetisi yang begitu panjang seleksinya.Bagi saya Pimnas
merupakan ajang mahasiswa paling bergengsi, jadi saya tak mau gagal hanya
karena faktor-X yang datang dari pihak tak menguntungkan.
Dengan dana yang bagi saya minim itu, dalam waktu
seminggu saja talangan itu sudah habis. Karena untuk mencoba membuktikan adanya
gas Brown tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jadi banyak
alat-alat yang kami beli dan banyak pula kesalahan dalam melakukan percobaan
sehingga alat-alat menjadi rusak. Misal seperti salah menyambungkan kabel sehingga
akki yang kami pakai pun menggelembung
dan akhirnya tidak berfungsi. Belum lagi kami mencoba berkali-kali gagal dalam
menentukan elektroda yang pas untuk tahapan elektrolisis.Bahkkan sempat
terminal yang kami beli terbakar.Entah mungkin ada yang salah dilakukannya
elektrolisis tersebut dengan menggunakan listrik rumahan bukan dari
akki.Mungkin juga karena arus listrik yang berlebihan.Bahkan toples kaca yang
kami gunakan terasa panas sekali setelah air kami berikan setruman tersebut,
dari setiap kegagalan tersebut kami mendapatkan satu point jawaban.Bahwa
setelah melakukan kesalahan jangan sampai mengulanginya untuk kedua
kalinya.Yang terpenting jangan pernah berhenti karena gagal.
Pemimpin Baru
Akhir April tahun 2013 saat itu menentukan perjuangan
akan dibawa kemana. Ya, sebuah organisasi dengan nama UKM Jurnalistik Unmul
merupakan wadah yang tak boleh dianggap sebelah mata. Ia sungguh strategis
jikalau dianalisa secara cermat, tak jarang banyak oknum yang berusaha mengajak
agar dapat berkesempatan menguasainya.
Setahun masa kepengurusan saya membawahi bidang
Redaksi akhirnya selesai.Rasanya begitu plong, seperti iklan Sprite.Sensasinya
begitu terasa.Begitu banyak pengalaman dan pembelajaran yang saya dapat.
Dimulai dari nol dan tidak tahu harus kemana dan harus berbuat apa. Di tahun
2012 di bulan Maret saya dipilih secara formatur sebagai Ketua Redaksi, padahal
belum genap 5 bulan saya berada di organisasi tersebut. Menggantikan sesosok
Ketua Redaksi sebelumnya yang kritis dalam penulisan, sungguh hal yang janggal
dalam hidup saya. Entah dasar pertimbangan apa saya dipilih, yang jelas bukan
karena wajah saya yang imut dan cute. Haha
Ya, saat zaman kami regenerasi kepengurusan
mengalami percepatan penumbuhan.Saya lebih sering menyebutnya sebagai ‘Dikarbitkan’
karena orang-orang yang ada begitu minim.Alhasil semua ketua divisi diambil
dari anak baru semua.Seperti saya, dan Ahmad yang juga teman satu angkatan saya
sebagai ketua Biro Iklan Pemasaran, serta sahabat saya yang akhirnya kami
menjadi seperti saudara yakni Boim sebagai ketua Litbang.
Karena senior-senior kami yang lain sudah harus
lulus dan tidak mungkin ada dikampus maka kamilah yang menggantikan mereka. Yang
saya ingat dari nasihat Ketua Redaksi sebelumnya adalah harus banyak membaca
buku dan menganalisanya.Merupakan petuah yang bijak dan sangat sangat sangat
sangat sulit saya lakukan.Hehe.Karena saya typicalorang
yang suka menulis namun tidak begitu suka membaca. Eror kan? Namun dari situ
saya belajar.
Semua dipelajari dari awal dan nol. Yang pertama
saya renungi adalah terbitan bulletin yang tidak rutin. Kepengurusan sebelumnya
adalah berupa bulletin berukuran kertas A4 ditekuk menjadi dua yang menyerupai
bulletin Jum’at yang kemudian diprint. Ketidak rutinan itu karena tiap
minggunya diserahkan pada tiap kelompok.Sedangkan terkadang Penanggung Jawab
kelompok tersebut dikarenakan suatu hal tidak melaksanakan kewajibannya.Belum
lagi anggota barunya saja banyak yang hilangan.
Dari situ saya mengajak dan merangkul kembali
rekan-rekan yang bisa diajak kerja tim. Alhamdulillah, saya memiliki rekan
sekaligus saudara juga yang selalu ada setiap saat.Meskipun terkadang mereka
harus dilakukan pendekatan interpersonal terlebih dahulu.
Metode ini saya terapkan setelah saya ingat pernah
membaca buku kakak saya yang kuliah mengambil Hubungan Internasional di sebuah
Universitas di Jogja. Seorang pemimpin itu harus bisa melakukan diplomasi dan
tiap ucapannya mampu mempengaruhi anggotanya agar melakukan apa yang kita
inginkan.
Dari situ saya mencoba rule atau pendekatan yang pas
agar saya bisa diterapkan. Di Redaksi saya memiliki anggota yang beragam dan
berbeda dari semua Fakultas dan angkatan.Belum lagi terdapat anggota yang
angkatannya diatas saya.Jadi secara psikologi mereka juga harus kita hormati.
Selain itu karena anggota yang mayoritas cewek maka cara jitu untuk meminta
mereka adalah dengan dipuji terlebih dahulu.
Misal yang saya lakukan kepada seorang anggota yang
tak pernah datang ke UKM namun untuk meliput berita di Fakultasnya perlu
sedikit pujian atau istilah sekarangnya harus di-‘sepik’ dahulu.“Aku rasa hanya
tulisanmu yang kuedit paling sedikit.Lagian sayang kan tulisan sebagus kamu gak
dijadikan berita di bulletin pekanan ini?”Tapi serius manjur loh, dia secara
wujud emang gak ada muncul di Sekre karena kesibukannya. Tetapi ketika ada
acara dan butuh peliputan terkadang ia bisa dimintai bantuan. Inisialnya dia
berhuruf ‘H’.
Bahkan anggota yang cowok pun terkadang di-‘sepik’
juga. Hehe, kasusnya sama dia nggak pernah nongol di UKM. Tapi ketika dimintai
dengan cara memelas akhirnya dia mau. Ya yang pasti memelasnya juga ada
kadarnya.Contohnya seperti ‘R’ yang dari Fakultas Hukum kalau lagi ada isu
tentang korupsi pejabat diminta untuk menulisnya, beuh..Tulisannya kritis bukan
main.
Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa
merasakan bahwa atmosfer semesta mendukung kita itu ada. Misal saya sangat
beruntung sekali punya anggota seperti Dienah, Zhaniena, Fit Junior, Inah, Dwi
cowok, dan mbak Rahma, mbak Ayu, Ichwan. Dienah selaku layouter namun karena
masih tahap belajar akhirnya dia menjadi kontributor artikel dan tugasnya
sebagai layouter saya alihkan ke mba Dwi dari divisi Litbang. Zhaniena yang
selalu cepat dalam hal penyelesaian penulisan, mbak Rahma, Fit Junior, Ichwan,
Inahyang tulisan opininya bagus.Memang condong atau genre tulisannya banyak
yang lebih ke arah opini dibanding berita.Meskipun terkadang saya banyak
mengcovernya.
Di redaksi yang paling dibutuhkan ketuanya adalah
pulsa.Ya, sering-sering mengirim sms menanyakan tulisannya sudah jadi atau
belum.Bahkan perlu kata-kata mendayu-dayu agar mereka tergerak mau menulis.
Seperti “Kalau nggak ada tulisan dari kamu, bulletin kita nggak akan jalan”
Belum lagi, sebagian dari mereka punya kesibukannya
masing-masing. Untuk masalah menyetaknya, masih mengikuti senior terdahulu kami
membuat bulletin layaknya bulletin Jum’at. Baru setelah dirasa mereka sudah
banyak yang kirim tulisan, bulletin selembar tak cukup rasanya.Akhirnya
ditambah menjadi 2 lembar A4 sehingga secara keseluruhan sekarang naik menjadi
4 halaman.Pertimbangan naiknya lembaran mengharuskan juga kerja ekstra dalam
penyetakan yang memakai printer hanya satu.
Kalau untuk masalah yang satu ini agak berat, saya
pikir dulu untuk penyetakan bukan tanggung jawab Redaksi tapi bidang lain.
Namun, akhirnya segala sesuatunya harus kita kerjakan apapun yang terjadi.Dan
semua anggota saya jikalau bermalam di Ujur mereka tidak ada yang bisa mungkin
lebih banyak tidak maunya.Saya mengajak salah satu rekan Pengurus Inti lain,
namun mereka juga ada yang tidak bisa tidur di Ujur karena badannya sakit semua
kalau tidur di Ujur. #Yaelaah
Tapi ada juga Boim, ya dia selalu mau bantu dan
memperbaiki kalau printernya rusak. Beberapa kali dia membantu untuk
tercetaknya bulletin mingguan ini, kadang juga malamnya saya print dan paginya
ia menggantikan. Namun, kadang pula ia tak bisa membantu.
Setelah bulletin mingguan terbit dan tercetak walau
hanya kurang lebih 100 ekslempar, permasalahan lain lagi di saya adalah
teman-teman banyak yang enggan untuk menyebar. Padahal saya sudah minta bantuan
kepada divisi lain untuk juga menggerakan anggotanya untuk membantu. Hanya
menyebar. Simple kan? Bahkan pernah saya gondok pada edisi keberapa saya lupa,
saya diamkan saja tak begitu mau mengkoordinir penyebaran.Dan hasilnya masih
setumpuk dan banyak edisi tersebut hingga sekarang.Padahal sudah kita print
capek-capek masa iya membantu begitu saja tidak mau?
Baru saya tahu, ternyata teman-teman pun masih
kurang bangga dengan produknya. Ya, meski seperti bulletin Jum’at paling tidak
kanada perbedaan jumlah halaman :P Dari program yang saya buat pun saya juga
menargetkan agar mengahsilkan produk Jurnal Sketsa yang dicetak dengan
percetakan. Seukuran Koran Kaltim minimal, atau A3 +.
Jikalau mau dicetak melalui percetakan tentu tidak
murah kawan, pihak yang mencari dana pun nampaknya mengalami kesulitan dalam
mengkoordinir anggota hingga dana untuk menyetak pun tak ada. Ya, bukan karena
saya mau menyindir atau apa sebagai sahabat akhirnya saya mengajaknya untuk
membuat proposal dan disebar agar kami mendapat suntikan dana.
Berbekal dari pengalaman SMA yang mencari dana dari
proposal, bahkan dulu sempat saya dijuluki Mat Dollar oleh guru olahraga saya.
Mungkin beliau agak BeTe pada saya, yang ketika jam olahraganya saya selalu izin
karena mengurus kegiatan ini dan itu.Terlebih saat seringnya dia melihat saya
menandatangani proposal kegiatan, makanya dijuluki Mat Dollar karena baginya
yang ada dikepala saya adalah ‘Dana Kegiatan’ kadang lucu kalau diingat-ingat.
Yup, balik lagi ke proposal Ujur.Finally, saya juga
turut mengurus proposal tersebut.Sampai pengkoordiniran anggotanya. Kadang juga
anggota dari divisi yang bertugas mengurus ini akhirnya saya ‘sepik’ dan
akhirnya mau menyebar dan mengecek follow up proposal.
Alhamdulillah akhirnya dapat dana totalnya Rp
4.300.000, lumayan biaya penyetakan sebesar Rp 3.000.000. Akhirnya kami
menerbitkan produk yang nantinya targetannya dijual saat Maba melakukan
registrasi ulang di Auditorium. Saya pun mengusulkan Ujur harus punya stand untuk
dijualnya ‘UnMul POST’.
Evolusi.Demi perubahan, setelah mengundang Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) yang kebetulan diundang adalah Bapak Intoniswan, ia
membedah terbitan kami yang pertama kawan.Ia menyarankan agar nama terbitan
bulanan kami jangan menggunakan kata POSTkarena itu identik dengan terbitan
harian. Ia berpesan harus punya slogan dari produknya, dan menggunakan tulisan
newsfeature. Makanan apalagi itu newsfeature, dalam hati saya. Karena hidup itu
adalah Universitas Pembelajaran, maka saya menyusun kembali agar selanjutnya
sesuai dengan apa yang sebenarnya.
Teringat bulan itu pada September 2012, mungkin bagi
kamu-kamu yang mau meledek, menghina, ataupun heran membaca bagian ini,
silahkan! Tapi jangan bayangkan yang macam-macam, kami gak belok.
Ya, waktu itu Ujur bekerja sama dengan Faber-Castle
untuk mengadakan lomba desain karakter. Pada saat awal penawaran kontrak itu
mbakyu selaku ketua Umum Ujur tidak ada ditempat karena sedang menjalani KKN di
daerah terpencil.Alhasil saudara saya Boim yang tau kontraknya dari awal dan
menyetujuinya karena ia selaku Plt (Pelaksana Tugas)
Namun, setelah mbakyu pulang sekitar habis lebaran, ia
mengadakan rapat bersama seluruh anggota. Entah kenapa mereka menunjuk saya
sebagai ketua panitia.Padahal saya agak gak enak dengan saudara saya.Dan entah
ada salah ucap atau tindakan dari saya, saudara saya tersebut seakan membenci
saya.Ia tak pernah kelihatan lagi di Ujur padahal ia Pj acara nantinya. Bahkan,
sms pun tak dibalas. Yang paling menyedihkan lagi saat kebetulan berpapasan
sholat di mushola pun, pas ditegur eh dia tidak menjawab. Hal itu menimbulkan
seribu pertanyaan dengan satu kalimat, ‘Saya salah apa?’
Menjelang hari-H ia tak ada, ya perasaan gak enak
menghantui. Dulu kalau kerja bersama-sama namun kini dia tak ada.Tsaahh. Berasa
di sinetron sedihnya :’(
Permasalahan saat esok hari-H begitu complicated.
Bahkan mbakyu pun sampai marah-marah dan berdebat sengit dengan mas Faisal
selaku pihak Faber-Castel, dari masalah konsumsi dll.Yang paling puncak adalah
entah kenapa bagian rumah tangga Rektorat yang agak ‘gesek’ kepalanya.Coba
bayangkan?Masa pas di hari acara kegiatan kami, auditorium juga mau dipakai
untuk gladi Yudisium untuk Fisip?
Jadi sempat bersiteru dan berdebat panjang,
tahu-tahu masa yang bagian perlengkapan seenaknya masukan soundsystem dll saat
kita bersihin auditorium yang mau kita pakai esoknya.Dalam hati kecil, saya
masih mengharapkan hadirnya Boim untuk membantu saya disituasi pelik
tersebut.Hoaam, runyam banget jadinya. Pikir dalam hati, kenapa dulu ia
menyetujui kerjasama kalau akhirnya seperti ini. Ditemani Ahmad saya menemui PR
III untuk memohon bantuan.Namun naas, beliau sedang rapat jadi tak ada di
ruangannya.
Dengan langkah gontai saya kembali di auditorium,
dan disana ada Pembantu Dekan III Fisip.Subhanalloh, bapaknya bijak. Gak kaya
staffnya, akhirnya ia memang mengakui karena yang lebih berhak adalah acara
dari kami menggunakan auditorium. Hasilnya gladi bersih Yudisium Fisip ditunda
sorenya saat acara kami selesai. Dan
sesosok yang saya tunggu pun datang, akhirnyaa kau datang juga kawan! Lalu saya
menjitak kepalanya karena meninggalkan saya mengurus acara ini.
Akhirnya acara selesai lebih cepat dibandingkan
jadwalnya, badan saya mau remuk semua rasanya. Mengangkati meja-meja dan kursi
mili gedung MPK yang banyak bersama teman-teman, pokoknya capek selama sebulan
mengurus acara baru terasa setelah selesai. Sore itu badan saya langsung
tergeletak tak berdaya di Ujur, anggota yang lain masih stay dan beristirahat
sambil ngobrol. Saya langsung terlelap, tak perduli apa yang mereka ucapkan.
Baru merasakan tidur sekejap, badan saya digoyangkan
dan dibangunkan.Sore itu juga langsung evaluasi kegiatan. Matinya pank..Semua
anggota sudah rapi duduknya, saya masih setengah sadar saat itu.Saya dievaluasi
dengan banyak kesalahan yang saya lakukan, dimulai dengan spanduk yang kurang
koordinasi, dll.Ada yang mengganjal dalam hati saya, ah ini pasti dikerjain.
Tapi aneh juga kalau mau ngerjain gara-gara ulang tahun, kan ultah saya tanggal
16 September nah ini tanggal 26 sudah. Ah, kecil hati sudah mungkin ini
benar-benar dikerjain.Baru sebentar saya yakin tidak dikerjai, mbakyu si ketua
umum yang tidak bisa acting akhirnya marah sambil ketawaan tak tahan mengerjai
saya.
Jujur ya, saat itu pertama kalinya dalam hidup saya
dirayakan ultahnya.Dengan patungan membeli kue, mereka menyertakan lilin agar
saya meniupnya. Haha, agak malas juga sebenarnya pakai acara meniup lilin kan
bukan tradisi agama kita. Hasilnya karena kelamaan dan lagu tiup lilinnya sudah
habis, akhirnya rekan Ahmad dan Boim yang meniupnya.Entah itu momen gila apa
namanya, yang jelas hari itu masuk kedalam urutan ke 4 dari sepuluh hari yang
tak terlupakan dalam hidup saya. #Thankfull
Kembali April 2013, hai..ceritanya terlalu melebar
kemana-mana. Tapi asik kan? Akhirnya saat bulan itu dalam Musyawarah Kecil
(Mucil) Ujur saya dengan baik menjalankan semua proker yang telah
dilaksanakan.Jujur, ini pun karena adanya tambahan dari angkatan 6 saat itu
seperti Anisa, Diah, Muh. Habibi Ije, Faiz, Ijur, dll. Yang akhirnya kami juga
berhasil membeli printer A3+ sehingga kami tak perlu kepercetakan lagi.Meskipun
begitu tiap bulan terbit Jurnal Sketsa, yang tercetak sekitar 300 ekslempar dan
kami jual seharga Rp 3000.Sesuai dengan kata Pak Intoniswan, maka Sketsa itu
harus ada kepanjangannya. Setelah saya Tanya-tanya pemberian nama Sketsa untuk
produk Ujur itu sudah ada saat zaman kak Munady dan tak ada artian khusus.
Finally, saya mencoba mencari namanya. Akhirnya
ketemu ‘Suara Kritis & Edukatif Mahasiswa’ (Sketsa) setelah mendapat
persetujuan dari Pengurus Inti lain nama itu dipakai untuk kepanjangan dari
kata SKETSA. Ada cerita unik selama penerbitan Jurnal SKetsa, aduh saya merasa
berdosa sekali pada teman-teman yang sudah menulis namun tak termuat.Hal ini
sudah saya jelaskan karena kesalahan teknis saat melayout tulisannya lupa
termuat (For Latifah), dan maaf lagi untuk Zhaniena yang tulisannya banyak
berubah, begitu pula untuk mbak Ayu. Hehe yang saya lakukan itu untuk kebaikan
semata, bukan karena unsur dendam ya Guys. Akhirnya saya membuat diakhir
pengurusan sebelum mucil dengan SKETSA Award, yang mana pemberian penghargaan
bagi anak Ujur dalam pengisian Jurnal Sketsa.
Ada yang sebagai reporter terkritis,
tertangguh,opini terbaik bahkan ada yang jadi model terbaik untuk Jurnal Sketsa
#Uhuuk. Dan agenda itu baru pertama kainya diadakan di Ujur.
Pasca pembacaan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)
tiap bidang, akhirnya pemilihan ketua Umum yang baru Ujur dengan
formatur.Formatur yang dipimpin oleh ketua Redaksi Ujur sebelumnya yang juga
telah lengser sebagai presiden Bem Unmul yakni kak Maman, menanyakan
masing-masing kami siapa yang layak sebagai ketua Umum hingga pada ketua
divisi. Sampai pada rekan saya Boim yang akhirnya terpilih sebagai ketua, ia
masih menginginkan saya sebagai ketua Redaksi kembali. Dalam hati saya hanya
meringkih, ‘Aduuuh jangan saya. Saya gak mau capek lagi’. Karena sebelumnya
formatur menetapkan saudara Ahmad sebagai ketua Redaksi dan saya sebagai ketua Pemasaran.Oleh
sebab itu Boim mengajukan Peninjauan Kembali.Haaha.Tapi ketetapan formatur tak
bisa diganggu gugat. Akhirnya terpilihlah ketua umum yang baru, dan gantian ia
menjitak saya lama sekali. #Yaelaah.
Sampai saat ini saya yakin, kawan saya ini punya
mimpi yang besar untuk organisasi ini kedepannya.Yang terpenting adalah tugas
kita sebagai anggota agar saling melengkapi layaknya ikatan kovalen. Saling
berbagi terhadap yang lain. Selain itu seperti semboyan saya, yakni Hukum
Kekalan Sahabat bahwa “Persahabatan itu tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan” Oh, iya saya lupa menceritakan, di kepengurusan baru di bulan
April ini ada juga mbak Rahma sebagai Bendahara, Lukis sebagai bendahara, dan
rekan saya yang setia dan alay ‘Diena’ menjadi ketua Litbang.
Yang kami harapkan adalah semoga selama tahun 2013
dan 2014 kami dapat mempersembahkan yang terbaik buat Ujur.
Komentar
Posting Komentar