A Little Crazy Thing Called ‘Dream’



Tak pernah ada planning untuk menyambangi uniknya India dengan mencium salah satu kebanggaannya ‘Taj Mahal’Berkunjung ke negara Shah Rukh Kan yang saat ini pertumbuhan ekonominya hampir mendekati China, merupakan suatu kado dari ulang tahun yang Alloh berikandisaat usiaku bertambah saat 16 September silam.Mengutip sebuah kalimat dalam novel ‘Sang Pemimpi’ karangan Andrea Hirata, ‘Orang-orang kecil seperti kita jika tak memiliki mimpi akan mati’. Mungkin inilah sebuah kalimat yang mendoktrin saya untuk terus melakukan apa yang menjadi sebuah keinginan.
Berawal dari memenuhi ambisi untuk masuk sebagai salah satu peserta dari ajang bergengsi ilmiah nasional yakni Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXVII, ketika itu saya mempresentasikanhasil laporan kemajuan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai salah satu syarat agar dapat lolos ke Pimnas di gedung Rektorat (23/07). Namun usaha yang telah dilakukan lebih dari setahun mulaidari pengajuan proposal PKM pada November 2012, menunggu pengumuman tentang proposal PKM yang didanai oleh Dikti hampir 3 bulan, lantas menyelesaikan apa yang telah kita rancang hingga 5 bulan sampai monitoring dan evaluasi (Monev) dengan mempresentasikan hasil laporan kemajuan tak membuahkan hasil.
Selang beberapa bulan pengumuman saya dinyatakan tidak masuk Pimnas yang akan berlangsung diUniversitas Mataram, sempat terbesit kecewa namun ada perasaan bangga karena dari proposal PKM yang masuk ke Dikti sebanyak kurang lebih 32.000 yang didanai hanya 7000, dan karena seleksi sangat selektif diambil 400 kelompok yang berhak masuk ke Pimnas, dan dari Unmul hanya lolos 1 kelompok untuk ke ajang Pimnas. Belum lagi sebelumnya, saya harus melepas pelatihan Technopreneurship 2013 yang diselenggarakan Kemenristek karena harus mempersiapkan mimpi untuk ke Pimnas, dan diwakilkan oleh rekan saya. Sebelumnya peserta Technopreneurship yang masuk diseleksi dari proposal berisikan ide bisnis dengan produk jual yang bersifat hasil dari suatu teknologi. Setelah move on dari gagal masuk Pimnas, dan telah melepas kesempatan emas dalam Technopreneurship, saya mencoba mendaftar program Asean Students Visit to India 2013 sebagai perwakilan Indonesia dari Universitas Mulawarman.
Finally, setelah penantian yang lama akhirnya dihubungi oleh pihak Kemenpora yakni mbak Inda Purnamaningsih diminta agar melengkapi semua kelengkapanke India seperti mencari baju adat setempat, baju batik, kelengkapan seragam A1, dll. Untuk menyolidkan delegasi Indonesia dan  mengarahkan tentang kegiatan yang akan berlangsung disana. Maka dalam Pre-Departure Training selama 4 hari yang diadakan di Hotel Pitagiri, Jakarta kami pun akandilatih Culture Performance untuk tampil disana.
Jujur, sebagai anak dari Ayah yang bekerja sebagai Supir dan Ibu yang kerja serabutan menjemur gabah saat panen tiba ketika kuberitahu bahwa aku akan ke Indiamereka migran sekaligus bangga. Sebelumnya mereka shock dan membayangkan bahwa aku akan menetap berbulan-bulan. Ayah saat itu sampai memikirkan bagaimana nanti caranya ia mengirimkan uang, dan apakah uang kirimannya tersebut akan mencukupi kehidupanku disana.
Aku menjelaskan bahwa program tersebut hanya berkisar 10 hari, itu pun segala akomodasi ditanggung saat di India. Kecuali perjalanan dari daerah masing-masing menuju Jakarta.Namun, bukan orangtua yang tidak bisa cemas dengan kondisi apapun untuk anaknya.
Sekarang yang ada dipikiranku adalah bagaimana caranya mendapat tambahan dana untuk mempersiapkan barang-barang yang dibawa. Mau mengajukan proposal ke Rektorat dan Fakultas namun masih belum turun Surat Keputusan (SK) dari pihak Kemenpora yang menerangkan bahwa kami memang secara resmi sebagai delegasi Indonesia untuk program tersebut.Kulihat tabunganku sangat minim, karena sebulan sebelumnya lebaran. Jadi kupakai untuk pulang kampung, tahu sendiri kan bagaimana mahalnya tiket saat seperti itu. Bisa sampai 2 juta kawan -_-
Baru sehari kukabarkan pada Ayah, seluruh sanak saudara sudah menelponi dan menanyakan kabar tersebut.Apa, Bagaimana, Kapan, Dimana, Siapa saja? Macam wartawan yang begitu serius mencari berita.Beruntung aku dilahirkan yang masih dari keturunan Batak, karena dalam keluarga kami ikatan persaudaraan yang kuat. Jadi seluruh Paman, kakak dari Ayah yang totalnya ada 5 semuanya seperti Bapak setelah Ayah kandung. Memanggilnya pun Bapak Fad, Bapak Darita, dll. Jadi tak perlu khawatir masalah uang, karena abang-abang dan kakak yang lain pun siap membantu.
Namun, aku tetaplah aku.Mungkin bukannya tidak mau meminta namun lebih kepada ingin berusaha sendiri.Kabar ini pun tak lupa saya beritahukan pada Pak Amik, ya beliau merupakan ketua pimpinan Pesantren Sabilil Muttaqien yang memberikanku beasiswa untuk melanjutkan kuliah.Aku hanya ingin membuatnya bangga pula, jadi tak salah Ia memberi beasiswa tersebut. Sebetulnya tak ada niatan apa-apa, Alhamdulillah beliau memberikan uang saku yang cukup besar, yakni 3 juta rupiah.Tentu, sangat membantuku disaat kondisi seperti ini.
Akhirnya saat itu pula langsung saya mencari aribut yang akan dipakai disana. Mulai mencari 2 baju batik, celana kain hitam, jas hitam, menyewa baju adat, sepatu, kaos khas Kaltim 3, dan baju kemeja hitam.Pokoknya masih ada lagi yang saya lupa. Untuk baju batik sebenarnya sudah ada di lemari, namun yang saya punya itu motif Jawa kan sekalian gitu saya ingin juga mengenalkan batik Kaltim. Hehe. (Padahal memang sekalian punya yang baru) Kalau untuk jas hitam, tak mungkin saya membeli yang baru dengan harga 600.000-an keatas. Mau nyewa pun perharinya seratus ribu, nah iya kalau dipakai hanya sehari, saya nanti sampai sepuluh hari lebih.Jadi atas saran teman maka saya membeli di toko-toko baju menjual second.Tapi saya memilah toko-toko tersebut hingga mendapatkan yang memang bagus namun terjangkau jadi pas disana gak malu-maluin.Untuk baju adat saya menggunakan suku Dayak, karena disesuaikan asal daerah kampusnya masing-masing.Sedangkan kaos khas Kaltim atau yang bertuliskan Borneo dengan sablonan motif Dayak kubeli sekaligus sebagai perkenalan budaya yang saya tempati. (Yang pada nantinya 3 baju tersebut diminta secara paksa oleh 3 rekan setelah pulang dari India) Selain itu dari masing-masing peserta diminta membawa souvenir yang dapat diberikan oleh peserta dari negara lain. Membawa souvenir secukupnya namun tidak berlebihan.
Akhirnya pada tanggal yang dijanjikan, maka SK tersebut turun dan tiga hari lagi kami harus ke Jakarta untuk mengikuti PDT.Hatiku nyesek dan bertanya-tanya, mungkinkah mendapat tambahan uang saku dari pihak kampus dengan waktu yang sebentar itu?Esok paginya langsung kucari Pembantu Dekan III yang mengurusi kemahasiswaan, meminta tanda tangannya diproposal.Baru langsung ke Rektorat dan Fakultas untuk memasukkan proposal delegasi ke India ini.
Hanya doa dan pasrah, akhirnya saya ditelpon dari pihak Rektorat setelah berunding dengan Pak Dekan maka kesepakatannya mereka akan memberikan bantuan berupa tiket Pesawat Balikpapan-Jakarta PP sedangkan Dekanat Fakultas Teknik akan memberikan uang saku. Alhamdulillah batinku bertahmid dalam hati.Disepanjang pencarian barang-barang tersebut, saya ditemani secara bergantian oleh rekan-rekan terbaik saya. Ansor, Boim, dan Dimas. Bersyukur punya teman seperti mereka.
Hingga pada hari-H saat berangkat ke Jakarta saya masih tidak percaya akan pergi ke India. Malam harinya saya hampir tidak bisa tidur, hingga jam 1 masih tergeletak di kasur dengan mata terbelalak.Padahal nanti subuh saya akan berangkat dari Samarinda ke Balikpapan memakai travel. Maka sudah dari dua hari sebelumnya saya melobi Boim agar mau mengantarkan saya ke tempat travel yang berada di Jl. Sutomo. Karena pada saat itu ia tinggal di sekretariat KAMMI yang berada didekat kos saya maka cuman dia yang dapat saya mintai tolong. Karena begitu mendadaknya diberitahukan agar mengikuti PDT selama tiga hari di Jakarta maka dari kemarin-kemarin hingga sore saat mau berangkat saya sibuk mencari barang yang mau dibawa.Bahkan karena listrik dikos saya tidak kuat kalau menyetrika saat malam hari, saya membawa 1 koper baju saya ke sekretariat Ujur untuk menumpang disana.Baru malam sehabis menyetrika dan diantar Boim, dijalan sampai mau tidur saya mengingatkan dia HP nya jangan sampai mati.Jadi nanti Subuh bisa saya bangunkan untuk mengantar. (Haha, kadang gak enak juga minta tolong tapi kaya neror)
Sampai juga saya tertidur akhirnya dan terbangun karena alarm, dengan bergegas mandi dan sholat Subuh saya membangunkan untuk minta diantar.#Naas sekalinya hanya kami saja yang ada di travel tersebut, dan travelnya masih dijalan mengambil penumpang.Sungguh, kami masih menunggu harus 20 menitan lagi.Sahabat saya itu pun tertidur diatas kursi panjang tempat menunggu.Perut saat pagi sepertinya baik diisi sejak sekarang, kalau mau beli makan di bandara pasti mahal.Kasihan juga udah bangunin orang tapi gak ngasih sarapan. Eh, bukan sarapan deng jam segitu lebih mirip sahur habisnya masih berbau subuh.
Akhirnya yang ditunggu itu datang menjemput, dari sini saya akan merindukan Samarinda dan negeri ini. Tsaah, lebay.Pokoknya berbaur campur perasaan ini disatu sisi masih setengah tak percaya dan sisi lainnya sudah tak sabar ingin ke Taj Mahal.Ya, Taj Mahal. Didalam travel sampai mata ini terpejam, saya kembali ke memori silam bayangan mengenal Taj Mahal dari halaman bagian 7 keajaiban dunia di Atlas saat SD. Begitu putih, indah, dan seperti masjid yang anggun. Hingga dalam beberapa hitungan hari lagi saya akan mengunjunginya. Tunggu aku disana, akan aku ceritakan tentangmu saat aku mengetahuimu sejak kecil. Mungkinkah saat kecil juga aku pernah memimpikan hal ini? Entahlah, sejak ini aku tak akan pernah bermimpi untuk melihat keajaiban dunia itu secara langsung. Megahnya candi Borrobudur telah kusambangi, Taj Mahal akan kupeluk sebentar lagi, yang kuharapkan adalah dapat mencium Hajar Aswad kelak. Secepatnya.
‘Ya Alloh, tetep peluklah mimpiku dan biarkan aku menyakininya seperti aku yang selalu mempercayai-Mu sebagai sebaik-baik pemelihara’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhat Orang yang Gagal Beasiswa

Samarinda-Surabaya-Magetan-Malang (SSMM)