Douglas Lake Kalgoorlie: A Warm Welcome From Christian Community

Tepat kemarin 04 Juli 2020, dapat invitation dari seorang sahabat yang kutemui pertama kali saat menginjakan kaki pertama kali juga di kota kecil ini, Kalgoorlie. Bandara Kalgoorlie yang lebih kecil dari stasiun Lempuyangan Jogja ini, ternyata menjadi awal petualangan saya selama di Kalgoorlie. Saya bertemu Ramon, sahabat saya, yang saya kira awalnya orang Indonesia ini ternyata orang Filipina. Sudah bekerja di Kalgoorlie selama 12 tahun sebagai seorang geologis di salah satu perusahaan tambang disini.  Setelah tahu saya berasal dari Indonesia, dia sangat senang. Mengingat anaknya pernah kerja sebagai seorang volunteer di beberapa kota di Indonesia. Ia bahkan bilang, anaknya sangat cinta Indonesia dan bahkan bisa berbahasa Indonesia.

Dari sana saya menyimpan kontaknya, dan saat libur semester ini ia mengundang untuk Barbeque Party di Douglas Lake dan ada api unggunya katanya. Meski Kalgoorlie kota kecil, tapi saya baru dengar ada Douglas Lake. Saat itu agak galau, karena sebelumnya sudah merencanakan ke kota Esperance, Australia Barat bersama teman-teman Indonesia lainnya. Karena mengingat mobilnya juga tidak cukup, agar muat saya memilih untuk ikut undangan Ramon saja. Meski mungkin Esperance menawarkan laut biru yang sangat indah, tapi ada baiknya juga saya menjalin relasi dengan orang-orang selain Indonesia. disini.



Dan, yang tak disangka ternyata acara yang diundang Ramon adalah kegiatan tahunan dari salah satu christian community di Kalgoorlie, yakni Jesus Christ Chruch. Saya sangat terkesima dengan ramahnya Kalgoorlie Folks di komunitas ini. Saya bertemu banyak orang dari berbagai negara. Bahkan saya memiliki deep conversation dengan dua Elders yang satu dari Samoa (Negara kecil di Samudra Pasifik) dan satu memang dari Australia Barat. Dari mereka berdua saya baru tahu, kalau Ramon ternyata seorang leader di Jesus Christ Chruch atau sebagai seorang Pastor. Sampai saat perjalanan pulang, dalam mobil Ramon dan istrinya menceritakan bahwa ia menjadi Pastor secara volunteer dalam artian ia tidak mendapatkan bayaran. Yang mengesankan ialah ia juga bekerja sebagai geologis.


Dari sore sampai malam itu juga saya banyak ngobrol dengan Jiangjian Zhu. Ia teman kerja Ramon, yang lulusan S3 dalam Structure Geology. Ia sudah bekerja di berbagai negara seperti di USA, South Africa, Zimbabwe, Maroko dan beberapa di negara afrika.  Saya terkesima dengan pemikirannya,  ia berprinsip untuk kerja di suatu tempat tidak terlalu lama, karena ia menargetkan sebelum pensiun sudah berkeliling danbekerja di 50 negara.



Cukup sekian cerita absurd ini
05-07-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Momentum

Manusia : ‘Sang Pemusnah’ Pora-Pora

Curhat Orang yang Gagal Beasiswa