Teriring Doa Untukmu, Guruku!


Tanggal 02 Februari 2018 kembali pendidikan yang ada di negeri ini rasanya tercoreng karena ada kasus yang menjadikan Guru kembali teraniaya. Mungkin sebelumnya kita sudah gak asing dengan berita yang saya yakin membuat kita dongkol bahwa beberapa guru mengalami perilaku tidak mengenakan baik dilaporkan pihak kepolisian karena sang murid yang tak mau dinasihati. Kini bukan hanya  dilaporkan polisi, tapi nyawa seorang guru menjadi korban dari siswanya sendiri.

 Kronologinya mungkin hampir sama dengan kasus sebelumnya, ini saya tulis diblog biar jadi catatan reminder saya kalau kasus kaya gini pernah terjadi.  Sebagai seorang guru menasihati atau menegur seorang murid sudah wajar kalau murid tadi buat gadug bahkan tidur. Bapak Ahmad Budi Cahyono pun bertindak hal yang sama pada muridnya berinisial MH, karena ia kedapatan ribut dan tidur dikelas. Intinya, karena tidak terima dengan nasihat guru ia gelap mata menghajar gurunya hingga beliau tutup usia dengan vonis dari dokter 'mati batang otak'.

Melihat berita ini rasanya sedih, padahal Pak Budi masih tergolong guru muda yang statusnya masih honorer bahkan baru menikah dalam beberapa bulan, sang istri dan calon bayi yang ditinggalkan pun harus melepas Ayahnya yang jadi kebengisan muridnya.

Dari kasus-kasus yang ada ini berbagai tulisan opini pun bertebaran dari insiden ini. Saya yang notabene bukan siapa-siapa, meski rakyat jelata tapi saya juga dulu pernah menjadi Siswa. Degrenasi moral rasanya sudah mewabah diberbagai diri siswa di Indonesia. Jaman saya dulu, walau dipukul penggaris sampai patah, dihukum, dijewer, dilempar pakai kapur sama guru (kalau dari teman-teman saya gak ada yang senekad murid tadi yang tega dengan gurunya).

"Dimana letak kesalahan pendidikan kita?"

Ini yang kayaknya berat dan bukan kapasitas saya yang ngomong. Tapi bukan berarti kita gak bisa berpendapat atau sekadar tahu, ya udah kasus ini udahan lewat, that's it! Diusia muda kayaknya kita perlu kasih pandangan atau kalau solusi terlalu berat, kita buat solusi buat diri kita sendiri dan mungkin orang lain juga akan tergerak. Dari sini baiknya kita lihat negara Jepang, well mungkin sudah klise kalau kayaknya kita bilang perlu niru sistem mereka. Yang kaya kita tahu dan liat sekarang, anak-anak SD sekarang udah dituntut harus udah bisa membaca dan menghitung. Pokoknya kalau dibandingin gue dulu beratnya pelajaran agak beda. Padahal seinget gue dulu ada temen gue sampai kelas 3 masih ada yang belum bica membaca. Kalau di Jepang, dari kelas 1 sampai kelas 3 mereka diutamakan membangun karakter. Jadi siswa disana kalau udah pada tahu videonya, mereka ga punya petugas kebersihan jadi anak-anak sekecil mereka yang nyapu, ngepel, nyiapin buat makan siang dll. Bahkan posisi guru disana sangat dihormati.

Islam mengajarkan bahwa ilmu itu amat berharga, bahkan sampai ada istilah bahwa Ulama' itu warisan para nabi. Kata ulama' ini dalam artian orang yang berpengetahuan. Bahkan dalam kitab Taklim Muta'alim itu dijlentrehin (bahasa apa ini?, dikupas secara mendalam) bahwa ilmu bisa bermanfaat salah satunya dengan cara kita hormat sama Guru. Bahkan mendoakan guru-guru kita bisa jadi salah satu jalan kita gampang memahami ilmu.

Mungkin segini saja, karena malam kian larut nulis ini sebagai refresh otak yang makin kusut. Intinya, mari kita doakan guru-guru kita, meski sudah lulus sekolah tapi gak ada istilah mantan guru 😎.



Meski saya dulu juga bukan murid yang baik, dulu jaman SD kelas 5 gue pernah bilang guru gue korupsi sama nepotisme wkwk. Ceritanya dulu itu guru yang juga wali kelas buat aturan kita untuk bayar kas 1.000 tiap hari, which is jajan gue aja 500 perak men! Nah, pas udah beberapa minggu pada bayar kaya iuran kas gitu, nah guru gue itu beliin stabilo, pulpen dll. Terus karena gue yang agak sedikit dongkol wkwk, gue bilang sama bendahara kelas aja, kalau Ibu ini duitnya kok dipakai buat sendiri ahha. Itu abis langsung gue dicengin atau diomelin di kelas. Terus apa lagi ya jaman sekolah? Ini sekalian beberkan aib atau dosa sih. Oh iya, SMP gue gak macam-macam sih, dulu culun. Pernah dilempar kapur sama Bu Guru Bahasa Inggris, nah ceriranya dia kaya baca text bahasa inggris tapi nadanya lebay gitu loh. Kaya mau pakai aksen amerika tapi ga sama, akhirnya gue kaya impersonate dia ngomong pas lagi baca πŸ˜‚. Kalau SMA ini yang agak nemen, jadi waktu kelas XII kita ada gak suka sama cara ngajar guru biologi. Akhirnya gue ikut ngomporin satu kelas sih buat laporin ke kepala madrasah. Dan ujung-ujungnya gurunya marah sama kelas kami, nah kalau udah gini yang ngeselin yang siswa yang pendiem. Pas diawal kita lapor dia diem aja, pas guru marah dia ngedumel sama kita.

Tapi bagaimana pun, Guru itu pahlawan banget sih! Semoga gak ada lagi kasus yang membuat guru kita menjadi "sakit". Mari kita doakan untuk pak Budi, dan untuk guru kita. Al fatihah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhat Orang yang Gagal Beasiswa

Samarinda-Surabaya-Magetan-Malang (SSMM)

A Little Crazy Thing Called ‘Dream’